Hidup Mewah Itu Tanggung Jawab Suami..!!

standar.org | Teknologi bisa buat kita jadi mudah melakukan apa saja, mulai dari komunikasi dengan keluarga yang jauh di sana sampai urusan bisnis.

Tapi teknologi juga bisa buat kita jadi autis alias melakukan hal sesuka-diri tanpa merasa membutuhkan bantuan orang lain, padahal kita sebagai mahluk sosial harusnya saling berbaur satu-sama lain.

Ada cerita unik namun menyedihkan dari seorang teman, rekan bahkan orang yang tidak Saya kenal namun Saya bawa dalam tulisan ini. Aturannya sih tidak baik menceritakan Aib orang lain, kalau nama disamarkan Saya rasa tidak masalah, lagian bagus untuk koreksi diri:).

Hidup Mewah Itu Tanggung Jawab Suami..!!

Anggap saja namanya Mawar (selalu Mawar yang jadi tumbal:D), Dia seorang istri dari pria yang saat ini bekerja sebagai wirausahawan tapi penghasilannya cukup tinggi karena kerja keras sang suami, Mawar juga sangat support dalam pekerjaannya sehingga menjadi sukses. Sebenarnya mereka dari keturunan yang biasa saja, apalagi Mawar yang tidak pernah memimpikan hidup dalam kemewahan.

Singkat cerita mereka sudah memiliki anak putri, cantik dan putih bersih. Bisa dibayangkan seorang anak yang putih bersih selain dari faktor keturunan juga faktor lingkungan yang sehat. Banyak anak jalanan yang sebenarnya orangtuanya memiliki genetik putih tapi karena hidupnya dijalanan dengan asap dan knalpot kendaraan jadinya mereka terlihat kumuh.

Si Mawar yang tadinya tidak pernah merasakan sejuknya hembusan AC, sekarang di rumahnya, tiap ruangan memiliki AC, tentu si anak juga betah dirumah daripada keluar bermain panas-panasan sama anak seusianya.

Tidak hanya itu, Mawar yang sekarang memiliki gadget alias HP terbaru sering menjadi autis disibukkan dengan aplikasi yang mumpuni di dalam gadgetnya. Kadang sang anak membutuhkan permainan tradisional, atau bahkan hanya sekedar coret-coretan di sebuah kertas putih si Mawar malah mengabaikan, bukan hanya itu, suami Mawar juga yang kelelahan pulang dari kerja kadang melupakan hangatnya bermain dengan anak meski hanya canda-tawa sekilas. Itu semua karena gadget andalan mereka.

Si anak tidak mempunyai teman sebayanya, permaianan tradisional yang pernah kita lakukan semisal main loncat tali tidak pernah dikenalnya. Ini salah siapa..?? Mawar yang sibuk urusin gadget karena kebablasan tidak pernah merasakan enaknya hidup mudah jaman dulu..?? Suami yang acuh tak acuh dengan keluarganya..??

Hemat Saya, yang patut disalahkan disini adalah suaminya, why..?? Tau atau tidak memang suamilah yang punya tanggung jawab penuh terhadap keluarganya, (Hidup Mewah Itu Tanggung Jawab Suami..!!) apa yang diberikan, diajarkan, suamilah yang punya tanggungan. Walaupun memang andil istri sangat berperan dalam mengurus rumah serta isinya termasuk anak.

Jika suami tidak membiasakan dengan kehidupan yang serba mudah, gadget yang terlampau bagus padahal digunakan bukan untuk bisnis hanya sekedar sosial media, hembusan AC dingin dibiasakan yang berakibat si anak yang terlalu manja dengan panasnya hawa diluar, semakin anak tidak mau meninggalkan rumah, jika besar si anak pun lebih memilih Mall yang dingin untuk gaul daripada ke rumah temannya panas-panasan.

Mungkin kerumah temannya tapi bisa jadi menjadi pribadi yang pemilih, hanya bergaul dengan anak sederajat dengan dia, padahal jika dilihat, banyak pelajaran hidup yang dapat dipetik dari orang-orang dibawah.

---

Lain cerita dengan si Mawar, yang satu ini tidak jauh berbeda dengan kehidupan keluarga Mawar, tapi bedanya sang suami, karena kesibukan kerja yang padat, ketika pulang kerja dan dihadapi dengan anak yang rewel mungkin rasanya ingin balik ke kantor saja:D.

Suami ini juga tergila-gila dengan gadget, mungkin kebanyakan dengan kasus yang sama, baru merasakan nikmatnya berselancar didunia maya serta chating dengan teman yang jauh, namun anaknya terlupakan.

Ketika si anak merengek minta gendong, namun istrinya sibuk dengan urusan dapur, si suami karena alasan kelelahan kerja padahal jari-jemarinya sibuk mengetikkan tiap kata untuk dikirim ke teman jauhnya melalui aplikasi messenger di HPnya, mengabaikan permintaan anaknya, malah karena tidak mau repot si suami hanya memberikan mainan bahkan buku apa saja yang bisa membuat si anak diam dan bermain sendiri, sangat disayangkan ketika anak hanya bisa bermain sendiri.

Hal yang mengagetkan istrinya ketika ada selembar buku yang tersobek, padahal buku ini sangat penting bagi istri, yaitu kitab resep makanan:D, tentu istrinya marah karena ulah suami yang seenaknya memberikan buku itu ke anak untuk dibuat main, parahnya teman Saya yang dengan alasan kecapekan kerja(padahal sibuk main game di HP) malah menganggap hal itu biasa saja, tanpa merasa berasalah si suami tetap melanjutkan permainan gamenyax_x.

Yang Saya takutkan ketika itu nenjadi hal yang benar benar biasa, terlalu dimanjakan dengan teknologi dan mewahnya hidup.

Saya pernah geleng-geleng kepala saat mengetahui anak bos Saya yang begitu manjanya bukan main. Saat itu Saya masih baru ditempat kerja sekitar tahun 2009, masih praktek setahun sebelum pengangkatan, si bos anggap saja namanya Juragan, dia pernah bertanya ke anak buahnya termasuk Saya karena Saya berada disitu, Juragan minta untuk di carikan tempat kos buat anaknya yang ingin kuliah di samarinda, anaknya cewe (entah cantik atau tidak masa bodoh:D), katanya sudah ada beberapa tempat yang ditawarkan namun anaknya menolak, dengan alasan si anak ingin kamar kost yang isinya lengkap, AC, WC di dalam kamar, dan mungkin peralatan elektronik lainnya. Mendengar itu Saya sempat geleng-geleng kepala, semanja itukah atau memang sebuah keharusan bagi anak cewek biar privasinya terjaga.

Padahal banyak teman Saya cewe juga sewaktu di kampus, penampakan di photo kamarnya hanya ada kipas angin dan tempat tidur seadanya, kamar mandi gantian, bahkan yang lebih banyak terlihat serakan kertas yang mungkin tugas kampusnya dan boneka panda kecil di atas buku yang biasa dia baca.

Sekali lagi geleng-geleng kepala ketika mengetahui harga perbulan kamar kost anak Juragan hampir mendekati 1juta. Wah, sejuta pada zamanku 2005-2008 sudah bisa sewa kamar selama setahun. Mungkin beda zaman, mungkin juga karena uang bukan masalah bagi si Juragan yang bergaji puluhan juta, tapi Saya rasa jika hal enak yang dibiasakan, ketika hal enak berganti menjadi hal yang menyiksa, butuh proses yang tidak mudah untuk menikmati masa masa itu.

Jadi ingat pesan Bapakku ketika beliau mengantar Saya ke kota ini, balikpapan, saat Saya lulus di salah satu perusaahaan, hahh, laki-laki pake diantar untuk bekerja..??:D Why not, beliau adalah Bapakku:), pesannya seperti ini :
"Kalau kamu nanti banyak uang, tidak masalah kamu menikmati hasil usahamu itu, makan yang enak, tapi jangan keterusan, sekali-sekali boleh dan jangan lupa saudaramu"
Ingat, kita tidak selamanya di atas, tapi kita bisa berdoa untuk tetap menjadi yang di atas, tentu tidak untuk menjadi orang yang tidak bersyukur dan mengabaikan hal sekitar, tapi untuk saling berbagi.

Post a Comment for "Hidup Mewah Itu Tanggung Jawab Suami..!!"

Komentar Dengan Facebook