Antara Pertalite dan Budi Gunawan

standar.org | Mungkin diantara para pembaca ada yang tersenyum sendiri ketika judul ini pertama kali dibaca, akan tetapi tidak sedikit dari para pembaca yang bertanya-tanya apa maksud judul tulisan ini.

Saya memang bukan ahli dalam bidang migas, juga bukan ahli pengamat politik dan kepolisian, namun nampaknya kedua hal ini erat kaitannya.

Kita akan sedikit bahas mengenai Pertalite, apa itu Pertalite? Pertalite adalah salah-satu bahan bakar minyak fraksi Naphtha. Sama dengan fraksi pada produk Pertamina yaitu Premium, Pertamax dan Pertamax Plus.

Rencananya Pertalite akan menggantikan Premium di SPBU-SPBU Pertamina. Apakah benar? Ternyata tidak sepenuhnya benar, karena Premium akan tetap ada, hanya saja Pertalite hadir sebagai alternatif untuk menggantikan premium yang ada saat ini.

Lantas apa perbedaan Pertalite dan Premium? Salah satu perbedaannya ada pada  nilai oktan. Nilai oktan Pertalite 90 sedangkan Premium yang ada saat ini 88. Apa itu nilai oktan? Mudahnya, nilai oktan adalah nilai yang menyatakan jumlah ketukan (knocking) pada bahan bakar fraksi Naphtha setelah diuji dengan alat penguji khusus. Bagaimana dengan harga? Sudah cukup jelas Pertalite yang akan hadir tidak disubsidi oleh Pemerintah sehingga harganya akan mengikuti pasar.

Namun demikian tidak menutup kemungkinan produksi Premium sedikit demi sedikit akan dikurangi, sehingga suatu saat Premium sudah tidak diproduksi lagi kecuali untuk kebutuhan tertentu atau kebutuhan khusus. Pertalite kemungkinan akan menggeser Premium, pelan tapi pasti jika kebijakan subsidi perlahan dicabut pula.

Hal yang sama kita "baca" dari pelantikan bapak Budi Gunawan sebagai Wakapolri. Saya tidak pro ataupun kontra dengan pribadi beliau, terlepas apakah beliau termasuk yang memiliki rekening gendut atau tidak. Karena setiap orang punya potensi untuk menjadi orang baik, bukan begitu?

Sudah kita ketahui bersama Jabatan Wakapolri adalah jabatan orang kedua setelah Kapolri, Tentunya yang harus kita cermati adalah berapa lama masa jabatan ini di emban. Tergantung dari aturan dalam POLRI sendiri dan keputusan Presiden tentunya.

Jika kita berhitung secara normal, maka Bapak Kapolri saat ini kemungkinan menjabat tidak lebih dari 1,5 tahun merujuk usia pensiun dalam POLRI yang maksimal 58.

Pertanyaannya apakah Bapak Budi Gunawan akan menggantikan bapak Badrodin Haiti jika beliau Pensiun? Kita akan lihat nanti, karena hal itu masih belum pasti. Namun jika menggunakan prediksi bahwa beliau pernah menjadi satu-satunya calon Kapolri, maka kemungkinan itu masih sangat besar.

Pelajaran yang dapat kita petik dari Pertalite dan Budi Gunawan saya rasa sudah bisa kita simpulkan sendiri. Akan tetapi apakah semua pertanyaan terjawab? Ternyata tidak, karena Penetapan Pertalite maupun Budi Gunawan pada posisinya masing-masing sangat dipengaruhi oleh siapa lagi kalau bukan Pemenang Pemilu tahun 2014.

Lantas siapakah yang harus disalahkan? Saya rasa tidak perlu menyalahkan siapa-siapa selain kita sendiri, betul apa benar? Tidak perlu menyalahkan partai pemenang pemilu atau presiden pemenang pemilu. Karena siapapun yang memenangkan pemilu kebijakan yang akan dihasilkan tetap sama. Hanya tata caranya yang berbeda, semakin hari semakin halus dalam menerapkan kebijakan yang berseberangan dengan kemauan rakyat.



Masih ingat cerita tentang Katak yang tidak sadar sedang di rebus dalam air mendidih? Awalnya air di sekeliling si katak tidak panas, tetapi ia tidak mengetahui bahwa air yang digunakan untuk berendam adalah air yang sudah disiapkan diatas tungku pembakaran. Perubahan suhu air disekitar si katak tidak terlalu terasa hingga air tersebut sudah sangat panas sampai mendidih dan terlambat bagi si katak untuk menyelamatkan diri. Ya kita adalah salah satu katak itu.

Saat ini kita tidak sadar jika sedang dijajah karena efek penjajahan itu tidak kita rasakan secara langsung. Kita hanya agak sedikit sadar bahwa mata uang yang kita gunakan selama ini semakin berkurang daya belinya terhadap barang maupun jasa yang ada. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang lebih berpihak kepada Asing dari ujung timur hingga ujung barat, dan masih banyak lagi fakta yang menunjukkan bahwa saat ini kita sedang TERJAJAH.

Ya, fakta diatas adalah salah dua dari bukti kebobrokan sistem kapitalisme demokrasi sekuler yang eksis saat ini. Kalau zaman doeloe kita kenal istilah penjajahan kolonialisme yang sangat kejam dengan kerja paksanya, saat ini istilah tersebut berganti menjadi neo imperialisme dan neo liberalisme.

Masihkah kita menolak tuntunan dari nabi Muhammad SAW untuk menyelesaikan semua problema itu dengan islam yang diterapkan secara Kaaffah? Ataukah ada alternatif solusi lain yang menurut anda lebih baik?

Mari kita kesampingkan Ego kita yang menyebabkan Persatuan umat islam tercerai berai menjadi lebih dari lima puluh negara. Kita gunakan ikatan aqidah sebagai ikatan persatuan, bukan ikatan yang lain.

Saya mengerti bahwa diantara anda ada yang berpendapat bahwa metode untuk melakukan perbaikan berbeda-beda satu dengan lainnya. Namun sudah seharusnya kita sebagai seorang muslim menyadari bahwa konsep sistem pemerintahan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW sudah sangat sangat jelas. Apa itu? KHILAFAH. Berganti rezim maupun Presiden tidak akan merubah kondisi ummat secara signifikan. Revolusi mental saja tidak cukup, harus Revolusi total sesuai contoh Rasulullah SAW di Madinah.

Insha Allah kita akan memperjuangkan hal yang sama sebagai fardhu kifayah, tidak peduli dari mana latar belakang kita. Selama kitab kita sama, Nabi kita sama, dan Tuhan yang kita sembah sama.

Semoga Allah SWT memudahkan kita dalam merealisasikan janji-Nya dalam sebuah hadits Ahad: “Di tengah-tengah kalian terdapat zaman ke-Nabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj ke-Nabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj ke-Nabian.” Beliau kemudian diam. (HR Ahmad dan al-Bazar).

Inilah sistem khilafah di akhir zaman yang sedang kita perjuangkan, apakah itu akan terwujud di masa kita atau justru nanti di masa anak cucu kita... Wallahu a'lam...

Saudaramu,

Eko Purwanto
*Dikutip dari tulisan di salah-satu forum, dan sudah mendapat persetujuan untuk disebarkan

Post a Comment for "Antara Pertalite dan Budi Gunawan"

Komentar Dengan Facebook