Kunjungan Silaturahim Ustadz dari New Delhi - India

standar.org | Ahad, tepat 01 September 2013, rumah kami didatangi seorang Ustadz dari New Delhi, India. Beliau bersama dengan Ustadz pula tapi dari Indonesia sendiri. Kedatangan mereka sebenarnya tidak kami kira, saat itu setelah makan siang, saya berniat memperbaiki MCB rumah yang kebetulan lagi rusak, baru saja membuka pintu rumah, terdengar suara salam, "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", respon dengan jawaban "Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" disertai dengan menoleh ke arah samping rumah, 2 orang berumur dan berjenggot melepaskan senyuman ke arah saya sambil berkata "kami ingin silaturahim, sebentar saja", tentu saya jawab "oh, silahkan, silahkan masuk". Seorang berparas India, tinggi dan berjenggot ditemani dengan seorang berumur juga, namun berparas Lokal.

Tanpa basa-basi saya meminta istri untuk membuatkan minuman sebagai penyambut tamu, selang itu seorang dari India tersebut mulai memperkenalkan diri serta bertanya-tanya sedikit. New Delhi, saya dari New Delhi, India, sembari itu beliau memberikan petuah tentang Agama Islam, serta pentingnya menguatkan Iman kepada Allah SWT. Saya anggap saja mereka silaturahim ke rumah kami untuk memberikan KulTum alias Kuliah Tujuh Menit, tidak salah, dan saya tidak menganggapnya suatu hal yang mengganggu, karena tentu itu hal yang baik, lagipula seorang Ustadz dari Indonesia, khususnya Balikpapan, melanjutkan KulTumnya, bahwasanya cara Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah iaitu dengan berhijrah ke tempat-tempat, bukan dengan cara mengumpulkan masyarakat lantas memberikan ceramah.

Meski hanya sekilas, namun saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, saya menyempatkan untuk bertanya sedikit tentang apa yang ingin saya tau.

Saat itu lagi ramai di media tentang Ustadz Solmed dengan berita "Pasang Tarif" ala Ustadz Solmed, terlepas dari berita itu benar atau tidak, namun penting juga untuk dibahas, maka keluarlah pertanyaan itu ke Ustadz India ini. Beliau menjawab dengan singkat, secara garis jawaban beliau yang sebelumnya diterjemahkan oleh ustadz dari Indonesia :

Tidak dibenarkan siapapun berdakwah hanya untuk kepentingan materi, niat berdakwah semata-mata untuk membagikan ilmu karena Allah SWT. Mengenai tarif tidak boleh memasang target, karena berdakwah hanyalah memberi, tidak mengharapkan menerima, kalaupun ada materi yang diterima, disyukurin tanpa bertanya-tanya lagi.

Senada dengan Ustadz dari India ini, saya juga teringat dengan ucapan dari Ustadz (maaf, lupa namanya) yang sempat berbagi ilmu tentang managemen ekonomi di salah-satu TV Swasta (beliau ustadz sekaligus ahli ekonomi), kalimat beliau tentang trik terbaik mendapat pahala dalam berdakwah, secara garis besar seperti ini :

Jika ingin berdakwah, sebelum berangkat dari rumah, pastikan 2 hal terpenuhi.
1. Makan di rumah
2. Bawa uang saku untuk pulang

Maksud dari trik tersebut, bahwa jika para ustadz makan di rumah sebelum berangkat berdakwah, maka ia memang berniat untuk berdakwah, tidak berniat untuk mendapatkan makanan disana.
Dan yang kedua memang harus bawa uang saku untuk pulang, jadi tidak menunggu amplop dari panitia acara sebelum pulang.

Pokok bahasan dari Ustadz India juga memberikan contoh bagaimana menilai apakah Iman kita sudah kuat atau hanyalah Iman dalam mulut saja. Jika ada seseorang yang tersandung batu dan kalimat yang keluar dari mulutnya adalah "aduhh, sialan" atau kalimat lain yang seolah tidak sabar, maka bisa dikatakan orang tersebut belum kuat Imannya, sementara orang yang mengucapkan "Astagfirullah, Allahuakbar" atau istilah lainnya yang sejenis, maka orang tersebut dalam hatinya selalu ingat Tuhannya.

Memang hal itu bisa dilakukan karena kebiasaan, namun kebiasaan biasanya berlaku karena niat yang tulus, mungkin seperti itu.

Kunjungan Silaturahim Ustadz dari New Delhi - India-1
Ustadz yang baru saja pulang dari rumah kami
Kunjungan Silaturahim Ustadz dari New Delhi - India-2
perlengkapan yang dipinjamkan oleh warga setempat disimpan di samping masjid
untuk para musafir dari India
Setelah kurang lebih setengah jam percakapan yang ditemani istriku yang juga penasaran apa yang mereka bahas, mereka pamit pulang sambil tidak lupa kembali mengingatkan akan pentingnya keutamaan Shalat 5 waktu. Ustadz dari Indonesia juga ini dengan wajah ramah kembali menyapa sebelum pulang. Meski hanya sekali dan tidak disangka-sangka, kami mendapatkan cukup ilmu dari kedua orang yang sedang mencari amalan untuk akhirat mereka. Mudah-mudahan mereka tetap istiqomah dan diberikan perlindungan selama menjalankan dakwah. Aamiin..

Post a Comment for "Kunjungan Silaturahim Ustadz dari New Delhi - India"

Komentar Dengan Facebook